Teruntuk engkau yang syukur nya kini masih tak bosan memakai ciptaan Tuhan yang dinamakan oksigen..
Apa benar kita masih sama dan sejalan? Apa firasat ini benar? Atau hanya karena pengaruh cinta bodoh yang terlampau besar yang mengendalikan semua ini? Tapi mengapa fakta mengiringi firasat? Mengapa sering kali kutemui bukti yang tak hanya sekali meyakini hati serta pikiran ini? Mengapa baru datang kini? Saat pagi menyambut elegi, kemana saja selama ini?
Kepanikan membakar hatimu, saat dimana kau mulai sadar aku berharga.
Kau tahu, hidup tak pernah bisa ditebak bukan? Aku sempat jatuh dan tak ingin bangkit. Rasanya mencumbu kepahitan yang kau tinggalkan rasanya lebih nikmat dari didatangkan seribu kisah manis baru. Aku tak ingin yang begitu, aku ingin kau, bodoh. Namun aku ditampar dengan ucapanmu. Kau bilang aku selalu saja tersangkut di satu hal. Selalu membuatnya terlihat rumit. Kau bilang aku harus melihat semuanya lebih baik, jadikan setiap hal positif. Tapi bagaimana mungkin aku berpikir baik saat cakrawala ditembus awan hitam penuh halilintar? Intinya, kau tak lagi membutuhkanku disaat kau menemukannya. Oh, kata mereka seharusnya kusebut kau bajingan, namun kau tahu? Aku tidak tertarik. Apalagi untuk balas dendam. Terimakasih. Aku masih terlalu menyayangi Tuhan-ku.
Suatu saat tiba.
Kau tak menyangka. Jangan pernah menyangka atau beranggapan apapun karena kau perlu tahu bahwa aku sendiri bahkan tak pernah terpikir. Kau gila? Atau apapun yang disini yang gila? Bagaimana mungkin aku bisa mengungkapkan kalau kini aku tak lagi ditempat yang sama. Atau lebih tepatnya ditempat yang sama dalam situasi yang jauh berbeda. Aku tak lagi dicumbui oleh omong kosong yang kau sebut cinta. Namun diisi oleh sesuatu yang hangat dan tulus. Entah darimana aku rasa, yang pasti ini benar. Dan kau tahu siapa dia? Sahabatmu.
Semakin menjadi, kau terus berkata tanpa henti. Bahkan kau mampu berkata dalam bungkam. Katakan apa yang tak kau ketahui menjadi seolah nyata, dan bahkan ditambahi sesuatu yang tak terjadi. Dan semua menyangkut tentangku. Apa - apaan kau? Bukankah kau yang bilang urusan kita selesai? Bukankah kau juga yang melemparkan aku ke dasar kubangan tersuram yang pernah ada? Dan mengapa kini kau aneh kembali? Aku merasa menemukan kau beserta dirimu yang dulu. Jauh sebelum kau dapat menyepelekanku sesukamu. Tatapan mata itu, lirikan yang kau curi namun selalu aku pergoki. Apa maksudmu? Dan, apa benar dugaanku?
Demi nama Tuhanku, aku bahagia. Namun yang terbaik selalu aku serahkan agar tetap jadi yang terbaik padaNya. Semoga engkau selalu dalam lindungan Tuhanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar