Harus aku bermohon atau bahkan berlutut dengan siapa lagi? Aku tahu setiap doa akan terjawab, namun kau pasti kenal dengan kata panik bukan?
Ah, bahkan untuk sekedar melihat video usang yang mungkin sebentar lagi uratnya putus itu, bulir - bulir bahagia masih saja berjatuhan, disini, tempat yang seharusnya diisi kehangatan.
Bertanyakah kau tentang kalimat yang kuungkap hanya tersirat?
Kau tentu perlu mengerti dan memahami. Kau diberi otak bukan? Dan yang aku dengar Tuhan memberikanmu lebih atas itu. Maksudku, kau tahu sendirilah.
Dan sekarang, apa yang harus aku minta disini? Ah entahlah, karena bagiku adanya engkau sudah lebih dari cukup. Terdengar maniak? Apa kau berpikir aku layaknya yang mereka pikirkan? Apa kau berpikir bahwa yang kupertahankan untuk sekedar perjanjian tahta dimasa depan? Jikapun iya, maaf membuat hal itu membelai pikiranmu. Demi sesuatu yang aku sembah sujudkan, aku berani bersanding bersama gelap bulan. Aku tidak tertarik sedikitpun atas itu. Berhentilah wahai mereka yang menghakimiku menggunakan sebelah matanya. Walaupun aku tahu itu tidak mempengaruhimu ataupun kita. Setidaknya, yang aku dengar dari tuturmu begitu. Ini bukan kegalauan, aku juga enggan menuntutmu. Aku trauma akan gelar "penuntut" yang pernah kau tusukkan ditelingaku. Dan apa kau tahu aku hampir mati kehabisan kesadaran hanya karena kata - kata yang seharusnya terdengar biasa.
Kau mungkin perlu tahu ini. Aku membenci diriku sendiri. Aku membenci diriku yang tak dapat membuat apa yang kulakukan semata - mata untukmu terlihat benar. Aku benci diriku yang kau bilang terlalu banyak menuntut dikarenakan aku meminta sedikit waktumu untuk ada bersamaku. Dan aku muak akan diriku sendiri yang tak bisa mengucapkan terimakasih atas uluran tanganmu, dari cekikan lembar - lembar sebelum ini.
Aku lelah untuk munafik akan diriku sendiri. Atas apa yang mereka bilang rasa. Itu terdengar salah? Awalnya, aku berpikir begitu. Sempat kuurungkan, namun lewat mana lagi kau harus mengerti? Karena ini tak selamanya diam, sayang. Perlu air raksa untuk menyadarkanmu?
Namun itu tak akan mungkin terjadi. Aku terlalu lemah atasmu. Bisakah kau bayangkan? Ketika tatapanmu berubah menjadi bengis sudah membunuh setengah dari jiwaku. Apalagi hal lain yang menghancurkanmu. Ah aku juga bingung atas apa ini disebut, semoga Tuhan selalu bersama kita, para penerus masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar