Tulisan ini pernah ditulis di catatan pada akun facebook saya. Silahkan dibaca :)
Perkenalkan, namaku Zanifa. Panggilanku, nifa. Ya, aku akan bercerita sedikit disini. Tentang bagaimana aku menjalani hidup. Mungkin ini terdengar biasa. Dimana kau telah menumpahkan segalapun yang aku rasakan. Pernah terbayangkan tidak? Apa rasanya jika roh mu terlepas dari ragamu? Jujur, aku belum pernah. Tapi aku pernah rasakan rasa yang mirip seperti itu. Ya, ini terjadi dihidupku mulai kurang lebih tiga tahun yang lalu. Jauh saat aku belum mengenal sesorang yang mampu membunuhku perlahan. Ya, disaat aku mulai terdiam akan hal yang aku tak mengerti. Ini pedih rasanya, saat dimana engkau telah menumpahkan isi hatimu pada seseorang yang kau percaya, tapi apa yang dia lakukan? Dia mematahkan teori cinta yg dibuat oleh para pujangga. Ini begitu tak sebanding. Heyhey, aku tak tau jelas. Yang salah aku atau otakku? Apa setengah bulan mampu mengalahkan kenangan bertahun tahun dimatamu? Apa yang dia lakukan sehingga kau mampu menyingkirkanku dari hatimu. Kau tak pernah tau rasanya jadi aku. Karna yg diposisi ini sekarang adalah aku. Bukan kau ataupun wanita itu. Kau tau apa rasanya menunggu kekalahan yang tak bisa aku elakkan? Apa yg bisa aku lakukan disamping ketidak jelasan yang kau berikan. Ku ingin memohon, namun itu tak akan berguna. Kau terlalu buta dan naif atas fakta yang ada didepan pelupuk mata itu. Kau terlalu egois atas rasamu. Namun kehilangan rasa tak melumpuhkan setia ini. Sampai nanti, sampai aku mampu menjauhimu. Aku yakin, ini tak akan pernah hilang. Terimakasih atas tahun tahun terbaik dalam hidupku. Aku harus merelakan walau aku tak mau. Karna kau alasanku. Karna kau yang terlihat sempurna dan tak pernah salah dimataku. Dari aku. Untuk kau yang pernah mengaku aku atas hidupku. Aku tak ingin menyalahkanmu, hanya saja ini begitu sakit saat kau merubah haluan pandanganmu.
Tahu tidak? Saat aku tau semua itu, aku tak mampu berkata apa lagi. Ya, seperti biasa. Aku hanya mampu mengeluarkan sesuatu yg engkau benci. Ya, air mata. Engkau adalah manusia sempurna dimataku. Engkau di berkahi pemikiran yang lebih, aku harap kau mampu menggunakannya dengan baik. Sebaik engkau dihatiku dulu. Tinggalah sejenak, rasakan getaran yang dulu pernah kau rasakan juga. Sejenak, sejenak saja. Sampai aku tak lagi mampu dihatimu. Sampai mata ini tak mampu lagi mengeluarkan sesuatu yang engkau benci, sampai daging ini bersetubuh dengan tanah ..
... Zanifa Nurfaiza .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar