Itu terdengar SALAH? :')

Hei, apa kabarmu? Aku harap engkau akan selalu dalam keadaan yang sangat baik. Disini, aku akan sedikit bercerita tentang hidupku yang pernah kau datangi. Dimulai ketika dulu, jauh sebelum aku mengenalmu. Sebelum ada getaran apapun di dada ini. Pada saat itu, kita berada di kasta yang berbeda. Ya, kau bukanlah sepertiku. Kau golongan orang orang yang terlalu berfokus pada apa yang selalu kita cerna setiap harinya. Bisa dibilang, dulu aku dan teman teman sederajatku menganggap golonganmu, golongan aneh. Yang kadang berbeda dari kebanyakan. Aku tak begitu mengenali tatapan itu, yang pernah aku anggap sebagai angin lalu. Tapi apakah engkau masih ingat? Saat dimana kita dikumpulkan dalam sebuah aula, dimana saat itu sepasang bola mata yang bening tertangkap olehku sedang memperhatikan apa yang aku kerjakan, dan itu berulang kali kau lakukan. Saat itu, aku tak menggubrisnya. Aku merasa itu hanya sekedar kebetulan.

Aku sama sekali tak menyangka. Kita masuk disekolah yang sama. Ya disini, yang kita tidak tau apa yang akan terjadi di diri kita masing masing nantinya. Dan itu menjadi alasanku mengapa semua tidak aku layankan.

Kita berada di gugus yang sama, ya walaupun singkat. Aku tak tau apa yang nantinya terjadi, ditambah lagi ketika itu aku masih bersama dengan seseorang yang masih spesial dihatiku. Kau tentu tau siapa dia. Karna kau juga yang menghiburku dari bayang tentangnya.

Ya, semua ini berawal dari ST 12. Haha, jikalau aku mengingatnya lagi saat ini, aku tak kuasa menahan ledakan tawa ini. Ingatkah engkau akan semua kelakuan kita dulu? Untuk sekedar pengetahuan untukmu, semuanya masih aku ingat dikepalaku. Dimulai kau meminta nomerku, yang katamu ingin memberitahukan jadwal manggung ST 12. Pada saat itu, kita sama sama menyukainya kan? Ya, band yang kini telah bubar seiring dengan kisah kita. Pada saat itu kita masih terlalu lugu untuk menyatukan rasa kita, terlalu naif akan semua yang terjadi. Maka itu, kita hanya membahas seputaran informasi tentang grup band itu.

Suatu malam, ingatkah kau? Aku mengalami sebuah konflik yang meluluhlantakkan hatiku. Ya, dengannya. Seseorang yang mendahuluimu dihatiku. Disaat yang sama, aku masih mengingatnya. Kau hibur aku, kau yang selalu setia disampingku, mendengarkan segala gundahku. Dari situ, aku mulai menyadari. Betapa beruntungnya aku dipertemukan olehmu. Namun, rasa syukur pada saat itu hanyalah sebagai rasa biasa yang tak mempunyai kekuatan untuk membuat hati ini bergetar hebat.

Aku harap engkau masih mengingatnya juga, sama sepertiku. Dan yang tak akan pernah melupakan setitikpun dari gumpalan-gumpalan cerita kita. Termasuk ketika aku berniat untuk mundur, karena sahabatku. Ingatkah juga kau tentang itu? Ketika aku mengadu padamu akannya. Kau berkata bahwa engkau bukanlah punya siapapun. Kau berhak dimiliki siapapun. Ingat puisi yang kau kirimkan? Engkau tau perasaan ku pada saat itu? Jutaan galaksi pun sepertinya tak mampu wakili hasratku. Saat itu aku tau, kita belum terikat suatu apapun. Namun hati ini? Tak mengusik keyakinan ku, tetap begitu. Akan selalu begitu. Di malam lebaran pertama itu, di sebuah tahun yang spektakuler untuk hidupku. Yang membalutkan untaian untaian yang nantinya akan terajut menjadi sulaman terindah dalam hidupku.
Dua tahun lamanya aku dan engkau merajut sebuah ikatan. Didalamnya, kau telah terlalu melekat dalam dinding dinding hati ini. Bahkan, dalam setiap aliran darah, dalam rangkaian tulang belulang, sistemsistem organ, terkandung cinta untukmu yang begitu besar hingga tak mampu terlukiskan. Namun sungguh, demi apapun yang dapat aku sembah sujudkan, aku tak menyangka ini begitu pelik.Aku tak menyangka sesuatu yang tak jelas mengoyakkan nafas yang telah lama tertunda oleh ribuan badai yang mencoba luluh lantakkan pegangan itu. Dalam suatu malam, aku selalu berdoa pada Tuhan untuk engkau dan hidupmu. Untuk engkau atas apapun. Untuk engkau yang tak mampu lagi menyimpan perasaanku ini dalam bilik hatimu. Mungkin dalam kata ada silap yang terselip. Yang karena setitik tak bernyawa itu mampu robohkan sebuah kota megapolitan. Aku tak berniat salahkanmu, sungguh. Aku hanya tak mampu membuai ketertatihan ini sendiri. Itu saja, mengertikah? Aku rasa engkau pantas dan layak mengerti atas haluan yang tak terbutakan oleh cinta semu yang mungkin kini kau anggap sesuatu yang baru. Pergilah, ku tak mau kau sedih. Perlu engkau tahu, mencintaimu itu seolah tiada hari esok. Ini memang terlalu indah. Tapi mau bagaimana? Jalankan apa yang engkau sukai. Pergilah, aku tak melarangmu. Aku harap engkau temukan cinta sejatimu kelak. Aku tak berharap itu cinta yang lain, namun aku sangat berharap Tuhan sambut jemari jemari kecilini yang tak lelah menadahkan sesamanya untuk bermunanjat atasmu.

Dalam heningnya coretan dalam lapisan kayu bermuliakan teknologi ini, aku sembahkan sebuah kotak kosong. Mungkin kau bertanya tanya, mengapa kotak itu kosong? haha. Aku hanya akan menjawab ..


"masa sih kosong, padahal penuh loh isinya. Malah itu cuma sebagian kecil aja. Didalam situ kakak masukin semua rasa cinta dan sayang kakak untuk kamu, yang mungkin sebesar apapun kotaknya gak akan pernah cukup untuk membungkusnya"

Dengan segenap jiwa dan ragaku.




Didedikasikan untuk seseorang yang luar biasa lembut hatinya, suci raganya, dan anggun parasnya. Yang kini terbelenggu oleh definisi cinta yang tak sejalan dengan teori pujangga lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar