Kita harus mulai darimana apabila aku sendiri tak mengetahui mata airnya. Bagaimana ia terbentuk atau bahkan tercipta, semua tak kasat mata. Tapi aku butuh alasan lebih. Kau tentu ingin rasamu berbalas tanpa kecewa. Setiap orang punya pengharapan sama akanmu. Dan aku, sebagai yang engkau - engkau gantungkan harap. Sama sekali tidak sudi mematahkannya.
Mereka bilang, hidup itu pilihan. Namun apabila aku tak ingin memilih, apa itu termasuk dosa? Apa aku terlampau sering bermain? Bukankah dulu kita sering melakukan ini, teman?
Masih bolehkah aku panggilmu itu? Teman, ya. Aku ingin itu. Kenapa egois begitu sulit? Aku tak berbicara tentang rasaku. Aku hanya ingin yang terbaik. Tapi sulit, kau tahu. Bila semua ini bisa dipermudah, belah saja hatiku kemudian kalian bagi rata. Tak jadi masalah, bukan? Namun itu nampaknya tak diizinkan, ya mengertilah. Aku tak mengerti mengapa ini begitu rumit. Bukankah dicintai lebih baik daripada mencintai? Entahlah, aku rasa keduanya sama saja. Aku tak mau egois, lantas harus memikirkan perasaan kalian. Aku tersedu sedang, kalian menuntut. Astaga, apa - apaan ini? Bila harapan terbentur fakta, memang salah? Ayolah, kalian jantan, bukan? Namun mengapa semua begitu merepotkan. Lebih dari diriku sendiri. Pertanyaan menjuntai, paling teratas ditempati oleh; "Aku harus apa?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar