Masih saja (menunggu)

Tadi malam aku titipkan jutaan maaf yang tersisa dalam simfoni penuh keraguan pada sang Bulan. Ya, aku tahu.  Kau telah terlampau jenuh merapalkannya. Ya itu salahku. Sekarang, bolehkah aku berbicara sejenak?

Aku mencintaimu. Cukup itu yang kau tau saat ini. Hanya saja ada beberapa hal yang tak memungkinkan aku untuk bersamamu. Sekarang. Nanti, akan datang waktunya kau akan mengerti mengapa aku melakukan ini. Terimakasih untuk puing - puing kepercayaanmu yang semakin menyemangatiku untuk terus bernafas. Dari aku yang mempercayaimu sepenuh jiwa.

Kau akan berfikir apa jika engkau dapatkan ini dari "bukan siapa-siapa"-mu? Ya, dia memang bukan siapapun di hidupmu. Namun ia berarti dihatimu. Menyesakkan. Bagaimana tidak? Saat kau mencintai seseorang yang sangat sulit untuk kau dapati. Seseorang yang memang dalam konteks "tidak-bisa-dimiliki-sekarang". Menyebalkan. Setiap mengingatnya, aku ingin sekali menyeret kaki Tuhan dan bermohon semampuku dan menyatakan bahwa aku tak lagi kuat untuk menunggu. Bisakah ia secepatnya diberikan untukku. Namun sepertinya aku harus menunggu lagi. Aku tak tau apa mungkin benar dia akan berada disampingku saat aku terjatuh. Yang pasti, aku hanya mampu berharap. Jikalau aku bermimpi indah, aku harap tak akan pernah terbangun:')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar