Ketika jinggamu melumat sembilu. Bersenandung atas nama syahdu. Kau, aku dan perempuanmu. Tidak kau perlu lagi sekedar menipu. Membelotkan bahasa kalbu. Bah, aku tak sebodoh itu. Atau sekedar membeku. Menghindari dari serangan mendudu. Hei kau muka biru. Menyalahkanku atas sesuatu, yang bahkan tak pernah kusetuju. Kau anjing berpeluru. Menghancukan jinggaku jadi biru. Kau penghibur dukaku, dengan cambuk ditangan kirimu.
Dalih mu sungguh mencumbu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar