Dulu?

Dulu, ketika ragaku tak sebesar ini. Ketika aku masih sangat lugu untuk hal yang tidak wajar untuk dibincangkan. Dan dulu, ketika aku masih dihatimu, rasa ini bercampur adu..

Aku masih ingat ketika kau menempatkan aku diatas hatimu, dan aku melakukan hal yang sama. Kau tau? Bila diingat kembali, rasanya masih manis. Namanya apa? Entahlah, cinta? Umm, aku tak biasa melafalkannya. Terserahlah apabila kau menganggap itu bernama cinta.

Sekarang dan dulu adalah waktu yang berbeda, hanya saja getaran ini masih terdengar sama. Tidak berubah, walau ya ku tau. Kita tak lagi sama, kita tak lagi dalam satu ikatan yang membebaskan aku ataupun kau mengekspresikan rasa. Mungkin aku kini sedikit lebih mampu tertawa tanpamu, mungkin kini aku lebih mampu berkilau kembali tanpamu. Tapi, apakah kau tahu?

Aku masih membuka pintu hati ini untuk menerimamu, kapanpun kau akan kembali... Ke sisiku

Dalam setiap doa, selalu tersusun kata yang menggemakan nama mu. Dalam tangisku, selalu ada bayangmu yang mampu menenangkanku. Aku merindukanmu, berdosakah aku? Aku harap tidak. Karena dosaku akan melebihi dari jumlah bintang yang ada apabila merindumu adalah dosa. Karena dalam setiap nafas yang terhembus, dalam setiap detik yang berjalan.. Aku selalu, dan masih saja merindumu..

Aku masih ingat, dulu..

Ketika kau menggenggam tanganku, dan rasanya hangat sekali. Walau kala itu hujan dan petir datang bersahut-sahutan, kala itu memang cuaca sangat dingin. Namun tetap saja, menurutku semesta alam serasa memelukku erat. Begitu indah. Aku tak perduli tentangmu yang masih mengingat ini atau tidak. Karena aku tau, kau tak lagi merasakan apa yang aku rasa. Kau telah jauh melangkah, ntah mengapa. Aku pun tak mengerti.

Aku menyadari bahwa aku mempunyai segenap kekurangan, tapi apa ini yang menyebabkan ketidaksediaan engkau lagi menemani nafasku? Hmm... Jika jawabannya iya, aku hanya mampu berterimakasih atas engkau yang dulu pernah mencintai kekuranganku, lantas sekarang kau tinggalkan begitu saja.

Perlu kau ketahui, aku mencintaimu dulu. Ketika siapapun belum menganggapmu ada, ketika mereka menganggapmu sebelah mata. Semua itu tak masalah bagiku, karena aku mecintai apapun yang ada didirimu, bukan ketenaranmu apalagi materimu. Tidak wahai mentariku dulu..

Kini, kau telah dewasa. Banyak orang kini yang mengenalimu, dan menyadari bahwa betapa banyak potensi yang dapat kau ciptakan. Dari bahagiamu, mengalir senyumku. Dan itu, yang hingga kini membantuku untuk tetap bernafas..

Terimakasih untuk apapun yang pernah kau berikan, yang kau korbankan, semuanya masih terasa manis disini...


Teruntuk Siapapun yang pernah hadir dihidupku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar